Kamis, 22 November 2012

Sopiati, M.MPd



LEMBAR PENGESAHAN

USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1.
Judul Penelitian
:
Penerapan Teknik Konseling Individual Dalam   Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di Kelas
(Penelittian Tindakan Bimbingan Dan Konseling Terhadap Siswa Kelas   IX A Semester 1 di SMP Negeri 1. Kota Tasikmalaya Th Pelajaran 2012-2013)
2.
Bidang Ilmu / Kajian
:
BK/ teknik konseling individual
3.
Katagori
:
Pengembangan. Teknik  Konseling  Individual
4.
Peneliti :



- Nama
:
Sopiati .,S.Pd.,M.Pd.

- Pangkat, Gol., NIP
:
Pembina, IV/a,   NIP. 196105241989032001

- Jabatan Fungsional
:
Guru Pembina

- Jurusan/Mata Pelajaran
:
Bimbingan dan Konseling

- Institusi
:
Dinas Pendidikan
5.
Susunan Tim Peneliti :



- Peneliti
:
1 (satu) orang

- Anggota
:
1 (satu) orang
6.
Lokasi Penelitian
:
SMP NEGERI 1 TASIKMALAYA
7.
Lama Penelitian
:
6 bulan ( Juli s.d Desember 2012)
8.
Biaya Penelitian
:
Rp.
9.
Sumber Dana
:
Swadana
                


Mengetahui

Kepala SMP NEGERI 1 TASIKMALAYA




H. Tatang Sopyan Irawan.,M.Pd
     Nip 19543131975021002
Tasikmalaya,  September 2012 


Peneliti






Sopiati .,S.Pd.,M.Pd.
NIP. 196105241989032001
 














A.Judul : 
Penerapan Teknik Konseling Individual Dalam   Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di Kelas (Penelittian Tindakan Bimbingan Dan Konseling Terhadap Siswa Kelas   IX- A  di SMP Negeri 1Kota Tasikmalaya Th Pelajaran 2012-2013)

B.Latar Belakang Masalah
Sumber Daya Manusia yang berkualitas, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkemampuan tinggi bisa tercapai  yakni dengan melalui pendidikan. Sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Salah satu yang tersurat secara implisit dalam penyelenggaraan pendidikan menurut UUSPN tersebut yaitu melalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan istilah Bimbingan dan konseling. Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberikan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat banyaknya permasalahan belajar yang dialami siswa. 
Layanan Bimbingan dan Konseling adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahan diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat”. Dalam praktiknya penanganan masalah-masalah siswa di atas dalam kerangka bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling individual maupun konseling kelompok. Layanan Konseling Individual adalah proses memfasilitasi siswa agar mampu menyadari dan berkomitmen terhadap pentingnya keluar dari masalah, menjaga diri agar tidak bermasalah, dan pentingnya pengembangan diri melalui komunikasi konseling baik secara berhadapan ataupun melalui media.. Untuk menjalankan pendidikan yang efektif sehingga tercapainya tujuan pendidikan secara keseluruhan tidak semudah seperti yang digambarkan, dalam kenyataannya terdapat  beberapa kendala terutama dengan adanya masalah-masalah yang ada pada siswa baik permasalahan pribadi, lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal ataupun keluarganya. Salah satu contoh nyata di lingkungan sekolah  masih banyak siswa yang suka bolos atau tidak masuk sekolah dari rumah berangkat tapi tidak sampai ke sekolah , siswa tersebut ada yang mangkal di warnet ada pula yang nongkrong di tempat tertentu , ada juga ketidak hadiran ke sekolah dikarenakan ekonomi lemah tidak ada uang untuk ongkos. Selain itu ada juga ketidak hadiran ke sekolah karena kumpul-kumpul dengan kelompoknya(geng), seperti geng motor. Hal ini didukung oleh pernyataan Mantan Mendikbud RI, Sudarsono (1998: 1-2 ) yang mengemukakan bahwa proses pendidikan nasional belum mampu membentuk manusia Indonesia yang bermoral tinggi,beriman dan bertaqwa,membentuk masyarakat yang menghargai prestasi. Proses pendidikan secara menyeluruh belum bisa mengantarkan masyarakat Indonesiamenjadi masyarakat yang senang belajar. Oleh karenanya diperlukan suatu penindakan dari guru-guru terutama dari guru Bimbingan dan Konseling.
Kenyataan di lapangan ada sebagian siswa di kelas IX-A yang  motivasi belajarnya rendah,  sedangkan  yang sangat mempengaruhi prestasi seorang siswa adalah motivasi belajar. Seorang siswa dengan didasari motivasi yang tinggi, biasanya akan belajar lebih bersemangat untuk memenuhi tuntutan dirinya.  Sehingga siswa tersebut akan memiliki prestasi belajar yang tinggi. Sehubungan dengan hal ini, ditemukan indikasi permasalahan yang dialami 3 siswa yang mengalami motivasi belajar rendah di kelas IX-A SMP Negeri 1 Tasikmalaya yang berjumlah 31 orang, laki-laki 15 orang, perempuan 16 orang.  Ketiga siswa tersebut sering tidak masuk sekolah, sering terlambat masuk kelas,dan sering tidak mngerjakan tugas, karena kurang motivasi dari dalam dirinya dan lingkungan keluarganya. Adapun penyebab prilaku tersebut diantaranya : karena kurang terpenuhinya kebutuhan uang transport ke sekolah (ekonomi lemah), kejadian masa lalu yang menghantui siswa, ada juga karena suatu protes terhadap prilaku orangtua yang kurang baik dimata anak, sehingga mengakibatkan ketiga siswa tersebut malas pergi ke sekolah. 
   Dengan adanya permasalahan tersebut, betapa pentingnya layanan Bimbingan Konseling  diberikan terhadap siswa untuk membantu  pengentasan masalahnya, yang paling tepat teknik untuk memberikan layanan terhadap ketiga siswa tersebut yaitu dengan penerapan teknik konseling individual.  
           Berdasarkan penjelasan diatas penelitian tindakan bimbingan dan konseling    memfokuskan dengan judul “penerapan teknik konseling individual dalam meningkatkan motivasi belajar  siswa di kelas IX A SMP Negeri 1. Tasikmalaya”.

C.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini :
1.    Bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa  dengan penerapan teknik konseling individual  ?
2.    Apakah penerapan teknik  konseling individual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ?

D.    Pemecahan Masalah
        Dalam penelitian ini yang menjadi masalah adalah rendahnya motivasi belajar siswa ,  sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut dimanfaatkan pendekatan teknik konseling individual, dengan menggunakan tindakan model John Elliot yang terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Layanan ini diberikan kepada 3 orang siswa yang motivasi belajarnya rendah, dengan tujuan agar meningkat dalam motivasi belajarnya. Apabila motivasi belajar siswa kelas IX A meningkat maka siswa tersebut dikatakan berhasil.

E.    Tujuan Penelitian
Tujuan  penelitian  tindakan bimbingan dan konseling  adalah: 
1.    Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa  sebelum dan setelah dilakukan pendekatan teknik Konseling individual (Ada gambaran tentang peningkatan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah melakukan konseling individual) .
2.     Mengetahui pengaruh penerapan teknik  konseling individual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Untuk mengetahui seberapa peningkatan motivasi belajar siswa setelah diberikan layanan konseling individual). Serta mengetahui penyebab kurangnya motivasi belajar siswa  sebelum diberikan layanan konseling  individual.
   
F.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak,  yaitu :
1.    Bagi siswa :
a.    Dapat mempertegas manfaat penggunaan teknik konseling individual dalam membantu perubahan tingkah laku siswa.
b.    Siswa dapat menyelesaikan masalahnya,dan sebagai  motivasi untuk   meningkatkan keterampilan dan kompetensi yang memenuhi standar   layanan Bimbingan Dan Konseling
         2. Bagi guru :
a.    Guru mengenal masalah siswa, dan meningkatkan kinerja profesional guru BK
b.    Menambah pengetahuan dalam pelaksanaan layanan Bimbingan Dan Konseling. Sebagai gambaran untuk meningkatkan motivasi belajar dan aktivitas tingkah laku yang mandiri di lingkungan sekolah, di lingkungan keluarga maupun dimasyarakat. 
c.    Dapat membantu guru BK memperkaya pengalaman dalam melaksanakan perlakuan layanan konseling terhadap siswa bermasalah, khususnya yang memiliki motivasi belajar rendah dengan menggunakan penerapan konseling individual.
d.    Motivasi untuk lebih mengembangkan pengetahuan tentang teknik  layanan konseling individual.
      3. Bagi sekolah:   
a.    Memberikan kontribusi dalam memecahkan masalah untuk keberhasilan mutu pendidikan, semakin banyak siswa yang motivasi belajarnya tinggi maka semakin prestasi siswa baik.
b.    Bagi peneliti berikutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat  dijadikan pedoman dalam penyusunan PTBK.

G.    Kajian Tiori
A.  Konsep Motivasi Belajar
      1.     Pengertian Motivasi
Untuk membahas masalah motivasi, maka terlebih dahulu akan dibahas pengertian motif.  Motif diartikan sebagai daya penggerak yang mendorong seseorang melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motif yang sudah aktif disebut motivasi. Sardiman A.M. (2006.: 73). Menurut Maddox,(2003 : 38) “Motif merupakan penyebab tingkah laku manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Coefer yang mengutip pendapat Atkinson, motivasi merupakan proses menimbulkan aksi, mendorong aktivitas dan mengatur pola kegiatan”. C.N. Coefer. (2004 : 8). 
     Quantum tarbiyah solikhin abu’izzudin (2009: 159) menyatakan bahwa: “ Bangkitkan motivasi dengan menggali manfaat, ihris ‘alaa ma yanfa’uka atau AMBAK, Apa Manfaat Bagiku. Misalnya menyemangati membaca dengan menemukan faedah ilmu, menajamkan pemahaman, menghikmati pengalaman dan mengasah keterampilan. Sebab setiap orang akan menjadi musuh terhadap apa yang tidak diketahuinya, Adapun ilmu membuatmu kenal dan akrab sehingga membantumu melakukan lebih banyak cara untuk sukses.
Motivasi menurut Abin Syamsudin (1999 : 28) adalah suatu kekuatan (power) atau tenaga (forees) atau daya (energy) ; atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state)  dan kesiap sediaan (preparatory act) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar” (Dalyono, 2005: 55).
Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007 : 61).
     Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan, prosesnya berlangsung di dalam diri, dan dapat dilihat dari tingkah laku yang nyata. 
2.    Aspek Motivasi belajar
Aspek motivasi belajar sebagaimana diungkapkan oleh Heni Nuriah (1997: 13) adalah :         
1)    Ketekunan dalam belajar, mencakup :
a)    Kehadiran di kelas ;
b)    Kesiapan dalam belajar ;
c)    Penggunaan waktu diluar jam pelajaran ;
d)    Penyelesaian tugas atau pekerjaan rumah
e)    Upaya mengatasi kesulitan
2)    Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar, anatara lain :
a)    Semangat dalam mengikutui PBM ;
b)    Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran ;
c)    Kebiasaan belajar ;
3)    Keinginan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, meliputi :
a)    Keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi belajar tinggi ;
b)    Usaha yang giat untuk mencapai pretasi yang tinggi ;
4)    Penggunaan fasilitas belajar, antara lain :
a)    Penyediaan alat belajar dan alat Bantu belajar ;
b)    Pemanfaatan sumber belajar di sekolah.
           Ketekunan dalam belajar, mencakup :
a)    Kehadiran di kelas ;
b)    Kesiapan dalam belajar ;
c)    Penggunaan waktu diluar jam pelajaran ;
d)    Penyelesaian tugas atau pekerjaan rumah
e)    Upaya mengetasi kesulitan
5)    Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar, anatara lain :
a)    Semangat dalam mengikutui PBM ;
b)    Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran ;
c)    Kebiasaan belajar ;

6)    Keinginan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, meliputi :
a)    Keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi belajar tinggi ;
b)    Usaha yang giat untuk mencapai pretasi yang tinggi ;
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, motivasi belajar siswa sangatlah penting,motivasi dari dalam diri ataupun dari luar. Dalam penelitian ini didefinisikan motivasi belajar siswa adalah  merupakan kunci utama juga merupakan dorongan dari  individu untuk bergerak dalam keseluruhan usaha siswa dalam belajar yang meliputi aspek ketekunan dalam belajar, minat dan ketajaman perhatian, keinginan untuk mencapai prestasi yang tinggi.
3.    Faktor Yang Mempengaruhi  Terhadap Motivasi belajar
Faktor    yang    dapat    mempengaruhi motivasi belajar yakni faktor intern (faktor siswa dalam  kesehatan,intelegensi, minat,dsb), dan ekstern ( lingkungan keluarga, misalnya: cara orang tua mendidik, suasana rumah tidak nyaman, lingkungan di  sekolah, dan masyarakat,media, teman bergaul, dsb. Terkait dengan hal yang tersebut di atas, maka Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain:
1. Cita-cita / aspirasi    siswa
2. Kemampuan    siswa
3. Kondisi    siswa    dan    lingkungan
4. Unsur-unsur    dinamis    dalam    belajar
5. Upaya guru dalam membelajarkan siswa. (Dimyati & Mudjiono,1999:100)
Menurut M. Surya (1997 : 73) bahwa motivasi mempunyai karakteristik : (1) sebagai hasil dari kebutuhan, (2) terarah kepada suatu tujuan, dan (3) menopang perilaku.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu tidak lepas dan selalu berinteraksi dengan lingkungannya, Woodworth ( Ngalim Purwanto, 1990 : 30 ) mengemukakan bahwa dalam interaksi antara individu dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi empat kemungkinan hubungan, yaitu : individu bertentangan dengan lingkungannya, individu menggunakan lingkungannya, individu berpartisipasi dengan lingkungannya dan individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
    Lingkungan  terdiri dari  lingkungan fisik yaitu alam, benda-benda kongkrit maupun lingkungan psikis yaitu jiwa raga orang-orang dalam lingkungan rohaniah yaitu objektif geist berarti keyakinan-keyakinan, ide-ide, filsafat-filasafat yang terdapat di lingkungan individu itu baik yang dikandung oleh orang-orangnya sendiri di lingkungannya maupun yang tercantum dalam buku-buku atau hasil kebudayaan lainnya.
Abin Syamsudin (1999 : 19) yang dimaksud dengan lingkungan diartikan sebagai berikut :
a)    Linkungan objektif yaitu segala sesuatu yang berada disekitar individu dan secara potensial dapat melahirkan stimulus
b)    Lingkungan efektif yaitu segala sesuatu yang aktual merangsang organisme karena sesuai dengan dunia pribadinya, sehingga menimbulkan kesadaran tertentu pada diri individu serta ia meresponnya.
    Lingkungan adalah sesuatu yang mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik seperti orangtuanya, rumahnya, kawan-kawannya bermain, masyarakat sekitar maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti perasaan-perasaan yang dialaminya, cita-citanya, persoalan-persoalan yang dihadapinya dan sebagainya. Yang kesemuanya bisa memberikan perangsang bagi diri individu untuk melakukan sesuatu perbuatan tertentu.
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Peranan keluarga di dalam pendidikan anak sangatlah besar, terlebih pada awal-awal perkembangan individu yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya.
Peneliti berpendapat bahwa keluarga dipandang dari sosiologis, diartikan ke dalam dua macam, yaitu :
1)    Dalam arti sempit ; keluarga adalah hanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga semacam ini disebut keluarga inti atau keluarga batin ;
2)    Dalam arti luas ; keluarga adalah meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan. Jadi bukan hanya terdiri atas ayah, ibu, dan anak, tetapi juga meliputi kakek, nenek, paman, bibi, keponakan dan sebagainya. Keluarga dalam arti ini disebut keluarga besar atau kelurga luas.
    Dengan demikian selain motifasi tumbuh dari dirinya juga dari keluarga yang merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Juga guru pada umumnya, khususnya bimbingan konseling bisa membantu untuk menumbuhkan motivasi supaya semangat belajar dengan layanan konseling individual akan meningkatkan motivasi belajarnya dan prestasinya akan meningkat pula.

B.    Konsep Bimbingan Dan Konseling
1.    Pengertian Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan dan konseling sebagai komponen pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam memenuhi hak peserta didik untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan peserta didik.  Bimbingan konseling adalah layanan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dialaminya, serta diharapkan siswa mampu membantu individu memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungannya, serta daoat melakukan penyesuaian- penyesuaian dalam merealisasikan fungsi- fungsi kehidupan dan memenuhi kebutuhannya. Hal ini sesuai degan pendapat Dr. Suherman ( 2008: IX)  bahwa “layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan,senantiasa terkait dengan perubahan yang terjadi pada kehidupan siswa dan masyarakatnya”. Selanjutnya Uman Suherman (2008) berpendapat bahwa secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.

2.    Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling
DIRJEN. Mutu Pendidikan  Departemen Pendidikan (2007)  menyatakan bahwa :
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling  memperhatikan dan menerapkan fungsi-fungsi bimbingan yaitu ; Pemahaman, Fasilitasi, Penyesuaian, Penyaluran, Pengadaptasian, Pencegahan, Perbaikan, Penyembuhan, Pemeliharaan, dan  Pengembangan.

3.    Pengertian  Konseling Individual
Bimbingan dan konseling sekolah menurut DR. Suherman (2008:11) adalah:” proses bantuan melalui pengembangan relasi dan interaksi antara siswa dengan lingkungan dalam mencapai perkembangan optimal”.
Konseling individual merupakan bagian kegiatan yang dilakukan dalam bimbingan dan konseling. Dan merupakan pelayanan terhadap siswa yang memerlukan pemecahan masalah yang dialaminya. JOHN McLEOD (2006:18). Berpendapat bahwa, : “pengertian konseling adalah bentuk pertolongan yang focus pada kebutuhan dan tujuan seseorang.”
Selanjutnya  Sofyan S. Willis (2004:17), mengemukakan bahwa  konseling adalah suatu hubungan antara seseorang dengan orang lain, dimana seorang berusaha keras untuk membantu orang lain agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam  rangka  penyesuaian dirinya.
Mohamad Surya mengutipn Dari Mortensen ( 2003: 1 ) “ Konseling sebagai suatu proses antar pribadi, dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan untuk menemukan masalahnya.” Dalam pernyataan tersebut menekankan pemahaman terhadap orang yang dibantu,sehingga akan mudah untuk menemukan masalah,  dan dilakukan secara face to face antar guru BK dengan siswa. Dalam bentuk layanan konseling ada konseling kelompok dan konseling individual ( perorangan )
Pengertian konseling individual menurut MGBK Provinsi Jawa Barat. (2008). Panduan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling .Bandung  /UPI, menjelaskan : Konseling Individual adalah Proses memfasilitasi siswa agar mampu menyadari dan berkomitmen terhadap pentingnya keluar dari masalah, menjaga diri agar tidak bermasalah, dan pentingnya pengembangan diri melalui komunikasi konseling baik secara berhadapan ataupun melalui media.
Menurut hasil Diklat  Sertifikasi (2008), Pengertian  Konseling indivual adalah :  konseling merupakan suatu hubungan antara pemberi bantuan yang terlatih dengan seorang yang mencari bantuan (konseli), bantuan yang diberikan berupa keterampilan dan penataan suasana yang membantu konseli agar dapat belajar untuk berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain melalui cara-cara yang lebih tumbuh dan produktif.
Dari semua pendapat diatas bahwa konseling individual sangatlah membantu untuk penyelesaian masalah terutama yang dialami oleh siswa. Dengan kata lain konseling adalah  menunjukan suatau hubungan antara pemberi bantuan dengan seseorang yang mencari bantuan, agar memahami masalah dan dapat memecahkan masalahnya dalam rangka  penyesuaian dirinya. konseling menunjukan suatau hubungan antara pemberi bantuan yang terlatih dengan seseorang yang mencari bantuan, dimana keterampilan pemberi bantuan dan suasana yang dibuatnya membuat orang l;ain belajar untuk berhubungan dengan dirinya sendiri dan orang lain dengan cara-cara yang lebih tumbuh dan produktif.
4.    Tujuan Konseling Individual
Tujuan layanan bimbingan dan konseling disekolah menurut DR. Suherman (2008:11) adalah:” memberikan kesempatan dan fasilitas bagi siswa agar tumbuh dan berkembang serta mengurangi hambatan-hambatan yang memganggu perkembangannya”.
Sedangkan menurut MGBK Provinsi Jawa Barat Tujuan Konseling  yaitu :
    Membantu siswa dalam mengidentifikasi masalah yang dihadapinya
    Membantu siswa dalam menemukan penyebab masalah yang dihadapinya
    Membantu siswa dalam menemukan alternatif pemecahan masalahnya
    Membantu siswa dalam mengambil keputusan secara tepat
Peneliti menyimpulkan bahwa tujuan konseling individual adalah untuk membantu konseli agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya, ,masalah pribadi, social, belajar, dan karir.

5.    Langkah- langkah Konseling Individual
a.    Peneliti mengundang konseli untuk datang ke ruang BK
b.    Konselor memberikan suasana nyaman pada konseli (Attending berupa senyum,salam, sapa, dan tempat duduk).
c.    Konselor memberikan penjelasan alasan pemanggilan konseli
d.    Konselor melakukan tindakan inti konseling ( eksplorasi sampai dengan kesepakatan
e.    Evaluasi dan tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya

       6. Tahapan Kegiatan Konseling Individual  
    Menurut DR. Suherman (2008:114 ) sbb :
Aktivitas Konsele    Aktivitas Konselor :
1.    Melibatkan diri  (involving)
2.    Mengeksplorasi  (exploring)
3.    Memahami  (understanding)
4.    Melakukantindakan  (acting)    1.    Menghampiri
(attending)
2.    Merespons
(responding)
3.    Mempersonalisasi
(personalizing)
4.    Menginisiasi
(initiating)
    
Aktivitas Konsele dalam kegiatan konseling individual terdiri dari :
a.    Involvement  (keterlibatan) :
-    kehadiran klien dihadapan konselor,
-    menyatakan diri secara verbal dan non verbal,
-    menyatakan materi yang bersifat prib memahami tujuan konseling,
-    mengetahui peran konselor
b.    Exploration (eksplorasi) :
-    situasi saat ini,
-    pemaknaan saat ini,
-    alasan-alasan saat ini
c.    Understanding (Pemahaman) :
-    memahami makna yang dipersonalisasikan (personalized meaning),  (personalized problem), memahami tujuan yang dipersonalisasikan (personalized goal)
d.    Acting  (pengambilan tindakan) :
-    menetapkan tujuan (konkrit, dapat diukur, bermakna), mengembangkan langkah-langkah tindakan (alternatif primer, sekunder, tersier), perubahan perilaku (positif, dapat diukur, konstruktif)

                Aktivitas Konselor dalam kegiatan konseling individual terdiri dari :
a.    Attending  (penghampiran) :
-    Mempersiapkan : penataan ruang, informasi, merancang bantuan,
-    Positioning : jarak, kecondongan, kontak mata,
-    Mengamati : tingkatan intelektuallitas, energi dan perasaan,
-    Mendengarkan : siapa, apa, mengapa, kapan, dimana, bagaimana
b.    Responding (merespon) :
-    Merespon terhadap isi,
-    Merespon terhadap perasaan,
-    Merespon terhadap pemaknaan, Emphaty, respect, genuiness, concreteness
c.    Mempersonalisasi (personalizing) :
-    Mempersonalisasikan makna (personalizing meaning),
-    Mempersonalisasikan masalah (personalizing problem)
-    Mempersonalisasikan tujuan (personalizing goal)
d.    Initiating (menginisiasikan) :
-    Mengembangkan program
-    Mendesain jadwal
-    Reinforcement
-    Tahap-tahap individualisasi
        Peneliti menyimpulkan bahwa konseling individual yang dimaksud diselenggarakan melalui tahapan-tahapan tertentu  seperti: tahapan bagi konseli adalah melibatkan diri (involving), mengeksplorasi (exploring), memahami (understanding), melakukantindakan (acting) menghampiri (attending). Dan tahapan bagi konselor adalah merespons (responding), mempersonalisasi (personalizing), menginisiasi (initiating). Serta disesuaikan dengan pengembangan segenap potensi idividu peserta didik secara optimal, dengan memanfaatkan berbagai sarana dan cara, berdasarkan norma-norma yang berlaku dan mengikuti kaidah-kaidah professional. Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karier.

H.    Hipotesa
        Dalam penelitian ini akan dikemukakan hipotesa yang berfungsi sebagai jawaban sementara dan pembuktiannya dilakukan melalui penelitian di kelas. Adapun rumusan hipotesa sebagai berikut :
1.    Bahwa Penerapan teknik konseling individual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa  kelas IX A  SMP Negeri 1 Tasikmalaya.
2.    Konseling individual terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa  kelas IX A  SMP Negeri 1 Tasikmalaya.

I.    Rencana Dan Prosedur Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling (action research). Sesuai dengan pendapat Muslihuddin, ( 2009;1) bahwa, “ Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para professional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang”.  Penelitian ini menggunakan Model John Elliot dalam buku Muslihuddin, ( 2009 ; 72 ). Adalah sebagai berikut;





               








            Gb. Alur Penelitian menurut John Elliot                              
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model John Elliot yang terdiri dari empat tahap yaitu :
1.    Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan adalah rincian opersional mengenai tindakan yang ingin dikerjakan, antara lain ;
1)    Membuat satuan layanan konseling individual, menyiapkan kuesioner atau alat pengumpul informasi yang akan digunakan.
2)    Membuat lembar observasi untuk siswa dan untuk guru BK
3)    Membuat pedoman evaluasi
2.    Tindakan (Action)
Tindakan (action) merupakan tahap pelaksanaan dari perencanaan,pada tahap ini akan dilakukan pengimplementasian satuan satlay /RPP yang telah dibuat, yang dilakukan oleh peneliti. Sedangkan pelaksanaan observasi dilaksanakan oleh observer. Jangan heran bila rencana-rencana tidak terlaksana seperti yang diharapkan. Catatlah  perubahan-perubahan kecil yang dilakuakn tersebut dan beri alasan mengapa terjadi perubahan.
Adapun langkah-langkah konseling individual adalah :tahap awal , tahap inti tahap akhir
3.    Pengamatan (Observation)
Dalam tahap observasi, dilakuakan oleh observer, pengamatan secara rinci dan teliti, lakukan pencatatan bila perlu perekaman.
4.    Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan tahap akhir dari suatu daur penelitian tindakan kelas. Refleksi adalah kajian atau analisis mengenai hal-hal yang sudah dilakukan pada tahap sebelumnya. Seberapa efektif perubahan yang terjadi? Apa yang dipelajari? Adakah yang menjadi penghambat perubahan? Bagaimana memperbaiki perubahan-perubahan yang dibuat? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaaan tersebut dapat membawa kita pada daur penelitian tindakan kelas berikutnya.
Setelah melakukan refleksi biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru, sehingga merasa perlu melakukan prencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang dan reflekdi ulang. Demikian tahapan kegiatan terus berulang, sehingga membentuk siklus kedua, ketiga dan seterusnya sampai suatu permasalahan dianggap teratasi.
Untuk kepentingan evaluasi dilaksanakan asesmen tentang motivasi belajar bentuk angket adapun dalam bentuk penyekorannya adalah sebagai berikut;
1.    Jika pernyataan positip dan di jawab “ya”, maka diberi skor 1 dan sebaliknya jika menjawab “tidak” maka diberi skor 0.
2.    Untuk pernyataan negatip jika siswa menjawab “tidak” diberi skor 1dan sebaliknya jika menjawa “ya” maka diberi skor 0..
Selengkapnya..

Euis Hartati, S.Pd

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING





PENERAPAN TEKNIK KONSELING TRIADIK
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR  SISWA
KELAS IX F  SMP NEGERI I TASIKMALAYA











OLEH :
EUIS HARTATI, S.Pd
NIP.196910232003122003




SEKOLAH MENENGAH PERTAMA  NEGERI 1 KOTA TASIKMALAYA
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TASIKMALAYA
JAWA BARAT
2012
A. Latar Belakang Masalah 
Penyelenggaraan pendidikan diharapkan melahirkan sosok manusia yang memiliki kemampuan serta meningkatkan pengetahuan yang terus berkembang, serta memiliki kemampuan penyesuaian perilaku  yang terarah kepada pengembangan kemampuan pengarahan diri, pengaturan diri dan pembaharuan diri, yang selalu dilandaskan kepada iman dan taqwa sehingga menjadi manusia yang berguna bagi dirinya, lingkungan, serta bangsa dan agama. Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan harapan seperti yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, yaitu pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Salah satu penunjang pencapain yang diharapkan Undang-Undang tersebut di atas, seyogyanyalah setiap sekolah terdapat sarana dan prasarana Bimbingan dan konseling yang ideal, guru-guru Bimbingan dan konseling professional yang  jumlahnya disesuaikan dengan jumlah peserta didik,. Di SMP Negeri 1 kota Tasikmalaya walaupun belum ideal, sarana dan prasarana yang ada sudah layak  untuk memberikan layanan konseling terhadap peserta didik, sehingga keberadaan Bimbingan dan konseling memberikan warna khusus dalam menjalankan fungsinya yang berbeda dengan mata pelajaran lain namun memberikan suasana kerjasama yang harmonis..
Bimbingan dan Konseling memiliki karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lain, terutama dalam cara memberikan layanan dan melihat hasil dari proses layanan baik mengenai waktu maupun sistem penilaian. Bimbingan dan konseling memberikan layanan  yang penilaiannya secara kualitatif seperti perubahan perilaku baik perubahan yang berhubungan dengan mata pelajaran maupun perubahan perilaku menghadapi lingkungan sekitarnya dengan waktu yang tidak terbatas, begitupun pemberian layanan tidak ada batasan waktu saperti halnya mata pelajaran lain.
Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Menilik pada undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya membentuk perkembangan kepribadian siswa secara optimal, maka secara umum layanan bimbingan dan koseling di sekolah, harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia. Upaya bimbingan dan konseling memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan. Secara lebih khusus, kawasan bimbingan dan konseling yang mencakup seluruh upaya tersebut meliputi bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier.
Upaya bimbingan dan konseling yang dimaksud diselenggarakan melalui pengembangan segenap potensi idividu peserta didik secara optimal, dengan memanfaatkan berbagai sarana dan cara, berdasarkan norma-norma yang berlaku dan mengikuti kaidah-kaidah professional. Selanjutnya  Uman Suherman (2008) berpendapat bahwa secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.
Terdapat beberapa fungsi Bimbingan dan Konseling menurut Uman Suherman (2008) adalah sebagai berikut: fungsi pemahaman, fungsi preventif ,fungsi pengembangan , fungsi penyembuhan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi, fungsi penyesuaian, fungsi perbaikan, fungsi fasilitasi , fungsi pemeliharaan.
Dalam menjalankan fungsi Bimbingan dan  Konseling serta untuk mencapai tujuan Bimibingan dan  Konseling, sesuai dengan prinsip Bimbingan dan  Konseling yaitu dengan cara memberikan berbagai jenis layanan kepada peserta didik yang terdiri dari 9 jenis, yaitu:
a.    Layanan orientasi
b.    Layanan informasi
c.    Layanan penempatan dan penyaluran
d.    Layanan penguasaan konten
e.    Layanan konseling perorangan
f.    Layanan bimbingan kelompok
g.    Layanan konseling kelompok
h.    Layanan konsultasi, dan
i.    Layanan mediasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran tidak hanya dari salah satu faktor saja, akan tetapi merupakan kesatuan dari dua faktor yaitu intern dan ektern, termasuk salah satunya adalah faktor motivasi yang cukup memberikan andil dalam pencapaian hasil pembelajaran.
Salah satu  permasalahan  yang  terjadi di lingkungan  sekolah  SMP Negeri 1 Kota Tasikmalaya khususnya kelas IX F  adalah motivasi belajar rendah. Dikatakan demikian, karena  di kelas ini ada beberapa anak yang sering terlambat masuk kelas, tidak atau  terlambat mengerjakan tugas-tugas pelajaran, PSAS tidak lengkap dan membuat gaduh apabila guru terlambat datang dan lain sebagainya. Hal ini diperkuat dengan data hasil angket motivasi belajar siswa yang merupakan salah satu pembuktian informasi dari  guru bidang studi, guru piket, teman sekelas  dan  wali kelas IX F.
 Akibat dari perilaku –perilaku tersebut di atas (menunjukkan motivasi rendah) menyebabkan siswa tersebut sering  ditegur oleh guru  , mendapat nilai pelajaran yang kurang memuaskan sehingga akibatnya bisa tidak naik kelas atau bahkan dikeluarkan dari sekolah. Hal lain dari sering membuat gaduh di kelas bisa mengganggu kenyamanan dan ketertiban  kelas sehingga akibatnya siswa tersebut dijauhi oleh teman sekelas.
Dalam  penanganan  permasalahan siswa khususnya yang memiliki motivasi rendah yang sebelumnya dilakukan dengan pendekatan langsung (pendekatan diadik) dirubah dengan pendekatan perantara atau pihak ketiga (triadik). Bimbingan dan konseling dalam menangani permasalahan-permasalahan siswa tersebut memiliki peran penting untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajar sehingga menjadikan bekal bagi siswa untuk mencapai yang terbaik dalam pembelajaran.
Menilai suatu layanan bimbingan dan konseling berhasil atau tidaknya dengan menilai perubahan menjadi lebih baik secara  kulalitatif dilihat dari indikiator-indikator konseli sebelum diberi layanan dan setelah diberikan layanan bimbingan dan konseling .
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini memfokuskan pada upaya penerapan teknik konseling triadik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang dituangkan dalam Laporan PTBK dengan judul “Penerapan Teknik  Konseling Triadik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX F  SMPN I Tasikmalaya”

B.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah penerapan teknik konseling triadik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya?
2.    Apakah  penerapan  teknik  konseling triadik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya?

C.    Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah adalah rendahnya motivasi belajar siswa dan sebagai upaya untuk memecahkan masalah tersebut maka langkah yang digunakan adalah dengan menerapkan teknik konseling triadik. Layanan koseling triadik ini diberikan kepada siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya dengan tujuan supaya motivasi belajarnya meningkat.
Apabila motivasi belajar siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya meningkat maka siswa tersebut dikatakan berhasil.
D.    Tujuan Penelitian
Secara umum PTBK ini bertujuan untuk mengetahui penerapan teknik konseling triadik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga pada akhirnya motivasi belajar siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya semakin meningkat.

Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui upaya penerapan teknik konseling triadik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya.
2.    Mengetahui penerapan teknik konseling triadik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah  di kelas IX F SMPN I Tasikmalaya.

E.    Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya adalah:
1.    Bagi siswa :
?    dapat  menyadari manfaat penggunaan  konseling triadik dalam membantu meningkatkan motivasi belajar siswa.
?    dapat  mempertegas manfaat penggunaan  konseling triadik dalam membantu meningkatkan motivasi belajar siswa.
2.    Bagi  guru pembimbing :
?    Mengembangkan profesionalisme dalam menggunakan teknik konseling.
?    Memperkaya pengalaman dalam melaksanakan perlakuan konseling terhadap siswa-siswa   bermasalah khususnya siswa-siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dengan menggunakan teknik konseling triadik
?    Memperoleh data empirik sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan program bimbingan dan konseling

3.    Bagi sekolah :
Dapat meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan guru Bimbingan Konseling dengan penerapan konseling yang tepat.

F.    Kajian Teori
a. Konsep Triadik
         1.   Pengertian Triadik
Triadik adalah merupakan bentuk komunikasi antar personal  yang dilakukan oleh tiga orang, sesuai pendapat agung bekti dalam Alfa English Course Adiwena (2009) yang menyatakan bahwa Triadik Komunikasi yaitu komunikasi yang terjadi diantara tiga orang, di dalamnya terdapat komunikasi diadik, terjadi pertukaran fungsi, mempunyai tujuan tertentu.
    a    b     c  -------- a   -  c,     a  -  b,    b  -  c
Selanjutnya menurut edwin Arif Setiawan dalam Alfa English Course Adiwena (2009) komunikasi triadik ( triadic communication ) Yaitu terdiri dari tiga orang. Yaitu satu komunikator dan dua komunikan. Percakapan ini biasanya bersifat dialogis. Komunikasi triadik ini lebih efektif  dalam kegiatan merubah sikap opini dan perilaku komunikan
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan pengertian triadik dalam bimbingan konseling adalah hubungan antara konselor ahli dalam hal ini guru BK dengan konselor klien dalam hal ini teman sebaya, orang tua, guru bidang studi, wali kelas dengan konseli dalam hal ini siswa yang memilki motivasi rendah.
2.    Tujuan Triadik
Bimbingan konseling triadik mempunyai tujuan lebih efektifnya dalam penanganan atau merubah sikap dan perilaku konseli, selain itu bertujuan untuk:
a.    Belajar seluruh pengetahuan dari orang lain dan keahlian.
b.    Mengeratkan dan memelihara hubungan interpersonal.
c.    Mempengaruhi, mengontrol, memanipulasi
d.    Kesenangan diri, melepas kepenatan pekerjaan.
e.    Menolong, melayani dan konsultasi dengam orang lain.
f.    Mengenal diri sendiri.

     3.    Langkah-langkah konseling triadik
1)    Peneliti mengundang konseli untuk datang ke ruang BK
2)    Peneliti mengundang pihak ke tiga untuk datang ke ruang BK
3)    Konselor memberikan suasana nyaman pada konseli dan pihak ketiga (Attending berupa senyum,salam, sapa, dan tempat duduk).
4)    Konselor memberikan penjelasan alasan pemanggilan konseli dan pihak ketiga.
5)    Konselor melakukan tindakan inti konseling ( eksplorasi sampai dengan kesepakatan)
6)    Refleksi , evaluasi dan tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya

b.    Konsep Motivasi Belajar
1.    Pengertian Motivasi Belajar
Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme, ke dalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Woodworth dalam Umar Hamalik (2005) menggolongkan dan membagi motif-motif tersebut menjadi tiga jenis :
1.    Kebutuhan-kebutuhan organis (Organic Motive)
 Motif ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam tubuh     (kebutuhan-kebutuhan organis), seperti : lapar/haus, kebutuhan bergerak dan beristirahat/tidur, dan sebagainya.
2.    Motif-motif darurat (Emergency Motive)
Motif ini timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan yang cepat dan kuat karena perangsang dari luar yang menarik manusia atau suatu organisme. Contoh motif ini antara lain : melarikan diri dari bahaya, berkelahi dan sebagainya.
3.    Motif-motif obyektif (Objective Motive)
Motif obyektif adalah motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita (kita menyadarinya). Contoh : motif menyelidiki, menggunakan lingkungan.
Selain pengklasifikasian di atas, Burton dalam Umar Hamalik (2005) menggolongkan/membagi motif-motif tersebut menjadi dua, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.


a.    Motif Intrinsik
Motif intrinsik adalah motif yang timbul dari dalam seseorang untuk berbuat sesuatu atau sesuatu yang mendorong bertindak sebagaimana  nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri.

Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, keinginan untuk memahami sesuatu hal, merupakan faktor intrinsik yang ada pada semua orang
b.    Motif Ekstrinsik
Motif ekstrinsik adalah motif yang timbul dari luar/lingkungan. Motivasi ekstrinsik dalam belajar antara lain berupa penghargaan, pujian, hukuman, celaan atau ingin meniru tingkah laku seseorang.
Motivasi adalah salah satu faktor yang terdapat dalam diri individu sendiri (intern) yang dominan dalam mencapai suatu tujuan, karena menurut M. Surya     (1997 : 73), motivasi mempunyai karakteristik: (1) sebagai hasil dari kebutuhan, (2) terarah kepada suatu tujuan, dan (3) menopang perilaku.
Abin Syamsudin (1999 : 28) menjelaskan bahwa motivasi adalah sesuatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy); atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory act) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) kea rah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka secara operasional motivasi belajar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keseluruhan usaha siswa dalam belajar yang meliputi aspek ketekunan dalam belajar, minat dan ketajaman perhatian, keingingan untuk mencapai prestasi yang tinggi serta penggunaan fasilitas belajar.

2.    Ciri-ciri Motivasi Belajar
Anderson (Elida Prayitno, 1989 : 10) mengatakan bahwa motivasi belajar siswa dapat dilihat dari karakteristik tingkah lakunya yang menyangkut minat, cita-cita, ketajaman perhatian, ketabahan, ketekunan, kedisiplinan dan frekwensi kegiatan.
     Adapun aspek dalam motivasi belajar sebagaimana diungkapkan   oleh
Heni Nuriah  (1997 : 13) adalah:
(1)    Ketekunan dalam belajar, mencakup:
a)    Kehadiran di kelas
b)    Kesiapan dalam belajar;
c)    Penggunaan waktu di luar jam pelajaran;
d)    Penyelesaian tugas atau pekerjaan rumah;
e)    Upaya mengatasi kesulitan;
(2)    Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar, antara lain:
a)    Semangat dalam mengikuti PBM;
b)    Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran;
c)    Kebiasaaan belajar
(3)    Keinginan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, meliputi:
a)    Keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi;
b)    Usaha yang giat untuk mencapai prestasi yang tinggi;
(4)    Penggunaan fasilitas belajar, antara lain:
a)    Penyediaan alat belajar dan alat bantu belajar;
b)    Pemanfaatan sumber belajar di sekolah

3.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
    Dalam keseharian kita sebagai guru melihat siswa-siswa yang mengikuti proses pembelajaran dari berbagai macam latar belakang sosial yang berbeda dan pada kenyataannya memiliki motivasi pembelajaran yang berbeda pula. Hal ini memperlihatkan bahwa faktor lingkungan baik lingkungan keluarga individu itu sendiri, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat memberikan pengaruh terhadap motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan secara otomatis mempengaruhi terhadap hasil pembelajaran (prestasi).
    Sesuai yang dikatakan oleh Ngalim Purwanto (1990 : 60) sebagai berikut, “ bagaimanapun tingginya kecerdasan siswa apabila tidak memiliki motivasi dalam belajar maka proses belajar tidak akan mencapai hasil yang optimal”. Diperkuat pendapat  M. Surya (1995: 42;60) menerangkan bahwa proses belajar terjadi karena ada dorongan dan  tujuan yang akan dicapai, dan untuk dapat berhasil dalam situasi belajar perlu adanya motif yang kuat sebagai tenaga pendorong atau penggerak .
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa motivasi belajar itu dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi siswa yang berada pada lingkungan yang berbeda memungkinkan motivasi belajarnyapun berbeda pula. Hal ini didasarkan pula dengan asumsi bahwa siswa yang memiliki lingkungan keluarga dan lingkungan sosial berbeda akan memiliki motivasi belajar yang berbeda pula baik di sekolah maupun di rumah.
Untuk membantu siswa yang memilki motivasi pembelajaran rendah atau kurang, perlu adanya pemahaman terhadap siswa tersebut dengan segala karakteristik dan hal-hal yang melatarbelakanginya. Dengan adanya pemahaman terhadap siswa baik secara pribadi maupun latarbelakang kehidupannya, maka diharapkan bantuan yang akan diberikannyapun akan tepat.
Melalui penelitian  awal diperoleh gambaran atau informasi ditemukannya beberapa siswa yang menunjukkan gangguan dalam motivasi belajarnya.



G.    Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian  ini akan dikemukakan hipotesa yang berfungsi sebagai jawaban sementara dan pembuktiannya dilakukan melalui penelitian di kelas. Adapun rumusan hipotesa adalah sebagai berikut:
1.    Dengan penerapan teknik konseling triadik motivasi       belajar siswa akan meningkat.
2.    Bahwa penerapan teknik konseling triadik terbukti dapat meningkatkan motivasi       belajar siswa.   

H.      Rencana dan Prosedur Penelitian
        Metode penelitian yang dilaksanakan dalam Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) ini menggunakan prosedur atau  langkah-langkah yang  dikembangkan oleh John Elliot dalam buku Muslihuddin ,(2009;72) yang dalam pelaksanaannya akan dilakukan 2 siklus. Adapun tahapannya seperti pada gambar berikut ini:

             

   
                         







Gb.  Alur Penelitian menurut John Elliot
Prosedur atau langkah-langkah yang  dikembangkan oleh John Elliot dan dilaksanakan dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu :
1.    Tahap perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan adalah rincian operasional yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan tindakan, antara lain:
-    Membuat Satuan Layanan Konseling Triadik, menyiapkan angket/kuisioner alat pengumpul data yang akan digunakan.
-     menyiapkan surat undangan untuk  siswa, wali kelas dan orangtua siswa.
-    Membuat Satuan Layanan Bimbingan Klasikal (angket motivasi belajar).
-    Membuat lembar observasi untuk siswa, konsulti dan guru BK.
-    Membut pedoman evaluasi
2.    Tindakan (action) 
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari perencanaan yang telah disusun. Pada tahap ini akan dilakukan pengimplementasian satlan (Satuan Layanan) Konseling yang telah dibuat  yang dilakukan oleh peneliti. Sedangkan pelaksanaan observasi dilaksanakan oleh observer. Pada pelaksanaan layanan tidak menutup kemungkinan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perlu dicatat perubahan-perubahan yang terjadi dan  berikan alasan mengapa hal itu terjadi.
Adapun langkah-langkah  konseling triadik adalah sebagai berikut:
a.    Konselor mengundang konseli dan konsulti untuk datang ke ruang BK
b.    Konselor memberi suasana nyaman dan kondusif pada konseli dan konsulti
c.    Konselor memberi penjelasan alasan mengundang konseli dan konsulti

d.    Konselor melakukan tindakan inti konseling triadik (eksplorasi sampai kesepakatan)
e.    Evaluasi dan tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya
f.    Sebagai langkah akhir membagikan angket kepada seluruh siswa kelas IX F, dengan  tujuan untuk melihat perkembangan motivasi belajar secara umum dan  khususnya bagi konseli setelah diberikan layanan konseling triadik. Apabila masih ada konseli yang perlu pelayanan lanjutan maka diberikan angket secara khusus dan tertutup.

3.    Pengamatan (observation)
Tahap observasi dilakukan oleh observer, pengamatan secara rinci dan teliti serta pencatatan dan perekaman bila diperlukan.

4.    Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan tahap akhir dari suatu daur Penelitian Tindakan  Bimbingan dan Konseling (PTBK) .Refleksi dilaksanakan dengan  tujuan untuk mengingat kembali apa yang sudah dilakukan. Setelah  refleksi biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru, sehingga perlu melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang,pengamatan ulang dan refleksi ulang.Demikian tahapan kegiatan terus berulang, sehingga membentuk siklus kedua ketiga dan seterusnya sampai suatu permasalahan dianggap teratasi. Untuk kepentingan evaluasi dilaksanakan assessment tentang motivasi belajar dalam bentuk angket. Adapun sistem penyekorannya adalah sebagai berikut: (a) jika pernyataan  positif dan dijawaban “ya” maka diberi skor 1 dan sebaliknya apabila siswa menjawab “tidak” diberi skor 0.  (b) Untuk pernyataan negatif  jika siswa menjawab “tidak” maka diberi skor 1 dan apabila menjawab “ya” diberi skor 0


Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari pendekatan konseling triadik adalah peningkatan motivasi belajar siswa.
Selengkapnya..