Kamis, 22 November 2012

Euis Hartati, S.Pd

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING





PENERAPAN TEKNIK KONSELING TRIADIK
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR  SISWA
KELAS IX F  SMP NEGERI I TASIKMALAYA











OLEH :
EUIS HARTATI, S.Pd
NIP.196910232003122003




SEKOLAH MENENGAH PERTAMA  NEGERI 1 KOTA TASIKMALAYA
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TASIKMALAYA
JAWA BARAT
2012
A. Latar Belakang Masalah 
Penyelenggaraan pendidikan diharapkan melahirkan sosok manusia yang memiliki kemampuan serta meningkatkan pengetahuan yang terus berkembang, serta memiliki kemampuan penyesuaian perilaku  yang terarah kepada pengembangan kemampuan pengarahan diri, pengaturan diri dan pembaharuan diri, yang selalu dilandaskan kepada iman dan taqwa sehingga menjadi manusia yang berguna bagi dirinya, lingkungan, serta bangsa dan agama. Berdasarkan hal tersebut sesuai dengan harapan seperti yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, yaitu pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Salah satu penunjang pencapain yang diharapkan Undang-Undang tersebut di atas, seyogyanyalah setiap sekolah terdapat sarana dan prasarana Bimbingan dan konseling yang ideal, guru-guru Bimbingan dan konseling professional yang  jumlahnya disesuaikan dengan jumlah peserta didik,. Di SMP Negeri 1 kota Tasikmalaya walaupun belum ideal, sarana dan prasarana yang ada sudah layak  untuk memberikan layanan konseling terhadap peserta didik, sehingga keberadaan Bimbingan dan konseling memberikan warna khusus dalam menjalankan fungsinya yang berbeda dengan mata pelajaran lain namun memberikan suasana kerjasama yang harmonis..
Bimbingan dan Konseling memiliki karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran lain, terutama dalam cara memberikan layanan dan melihat hasil dari proses layanan baik mengenai waktu maupun sistem penilaian. Bimbingan dan konseling memberikan layanan  yang penilaiannya secara kualitatif seperti perubahan perilaku baik perubahan yang berhubungan dengan mata pelajaran maupun perubahan perilaku menghadapi lingkungan sekitarnya dengan waktu yang tidak terbatas, begitupun pemberian layanan tidak ada batasan waktu saperti halnya mata pelajaran lain.
Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Menilik pada undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan adalah terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sesuai dengan pengertian bimbingan dan konseling sebagai upaya membentuk perkembangan kepribadian siswa secara optimal, maka secara umum layanan bimbingan dan koseling di sekolah, harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia. Upaya bimbingan dan konseling memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan. Secara lebih khusus, kawasan bimbingan dan konseling yang mencakup seluruh upaya tersebut meliputi bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier.
Upaya bimbingan dan konseling yang dimaksud diselenggarakan melalui pengembangan segenap potensi idividu peserta didik secara optimal, dengan memanfaatkan berbagai sarana dan cara, berdasarkan norma-norma yang berlaku dan mengikuti kaidah-kaidah professional. Selanjutnya  Uman Suherman (2008) berpendapat bahwa secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.
Terdapat beberapa fungsi Bimbingan dan Konseling menurut Uman Suherman (2008) adalah sebagai berikut: fungsi pemahaman, fungsi preventif ,fungsi pengembangan , fungsi penyembuhan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi, fungsi penyesuaian, fungsi perbaikan, fungsi fasilitasi , fungsi pemeliharaan.
Dalam menjalankan fungsi Bimbingan dan  Konseling serta untuk mencapai tujuan Bimibingan dan  Konseling, sesuai dengan prinsip Bimbingan dan  Konseling yaitu dengan cara memberikan berbagai jenis layanan kepada peserta didik yang terdiri dari 9 jenis, yaitu:
a.    Layanan orientasi
b.    Layanan informasi
c.    Layanan penempatan dan penyaluran
d.    Layanan penguasaan konten
e.    Layanan konseling perorangan
f.    Layanan bimbingan kelompok
g.    Layanan konseling kelompok
h.    Layanan konsultasi, dan
i.    Layanan mediasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran tidak hanya dari salah satu faktor saja, akan tetapi merupakan kesatuan dari dua faktor yaitu intern dan ektern, termasuk salah satunya adalah faktor motivasi yang cukup memberikan andil dalam pencapaian hasil pembelajaran.
Salah satu  permasalahan  yang  terjadi di lingkungan  sekolah  SMP Negeri 1 Kota Tasikmalaya khususnya kelas IX F  adalah motivasi belajar rendah. Dikatakan demikian, karena  di kelas ini ada beberapa anak yang sering terlambat masuk kelas, tidak atau  terlambat mengerjakan tugas-tugas pelajaran, PSAS tidak lengkap dan membuat gaduh apabila guru terlambat datang dan lain sebagainya. Hal ini diperkuat dengan data hasil angket motivasi belajar siswa yang merupakan salah satu pembuktian informasi dari  guru bidang studi, guru piket, teman sekelas  dan  wali kelas IX F.
 Akibat dari perilaku –perilaku tersebut di atas (menunjukkan motivasi rendah) menyebabkan siswa tersebut sering  ditegur oleh guru  , mendapat nilai pelajaran yang kurang memuaskan sehingga akibatnya bisa tidak naik kelas atau bahkan dikeluarkan dari sekolah. Hal lain dari sering membuat gaduh di kelas bisa mengganggu kenyamanan dan ketertiban  kelas sehingga akibatnya siswa tersebut dijauhi oleh teman sekelas.
Dalam  penanganan  permasalahan siswa khususnya yang memiliki motivasi rendah yang sebelumnya dilakukan dengan pendekatan langsung (pendekatan diadik) dirubah dengan pendekatan perantara atau pihak ketiga (triadik). Bimbingan dan konseling dalam menangani permasalahan-permasalahan siswa tersebut memiliki peran penting untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajar sehingga menjadikan bekal bagi siswa untuk mencapai yang terbaik dalam pembelajaran.
Menilai suatu layanan bimbingan dan konseling berhasil atau tidaknya dengan menilai perubahan menjadi lebih baik secara  kulalitatif dilihat dari indikiator-indikator konseli sebelum diberi layanan dan setelah diberikan layanan bimbingan dan konseling .
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini memfokuskan pada upaya penerapan teknik konseling triadik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang dituangkan dalam Laporan PTBK dengan judul “Penerapan Teknik  Konseling Triadik Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX F  SMPN I Tasikmalaya”

B.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah penerapan teknik konseling triadik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya?
2.    Apakah  penerapan  teknik  konseling triadik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya?

C.    Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah adalah rendahnya motivasi belajar siswa dan sebagai upaya untuk memecahkan masalah tersebut maka langkah yang digunakan adalah dengan menerapkan teknik konseling triadik. Layanan koseling triadik ini diberikan kepada siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya dengan tujuan supaya motivasi belajarnya meningkat.
Apabila motivasi belajar siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya meningkat maka siswa tersebut dikatakan berhasil.
D.    Tujuan Penelitian
Secara umum PTBK ini bertujuan untuk mengetahui penerapan teknik konseling triadik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga pada akhirnya motivasi belajar siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya semakin meningkat.

Tujuan Khusus
1.    Untuk mengetahui upaya penerapan teknik konseling triadik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IX F SMPN I Tasikmalaya.
2.    Mengetahui penerapan teknik konseling triadik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah  di kelas IX F SMPN I Tasikmalaya.

E.    Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya adalah:
1.    Bagi siswa :
?    dapat  menyadari manfaat penggunaan  konseling triadik dalam membantu meningkatkan motivasi belajar siswa.
?    dapat  mempertegas manfaat penggunaan  konseling triadik dalam membantu meningkatkan motivasi belajar siswa.
2.    Bagi  guru pembimbing :
?    Mengembangkan profesionalisme dalam menggunakan teknik konseling.
?    Memperkaya pengalaman dalam melaksanakan perlakuan konseling terhadap siswa-siswa   bermasalah khususnya siswa-siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dengan menggunakan teknik konseling triadik
?    Memperoleh data empirik sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan program bimbingan dan konseling

3.    Bagi sekolah :
Dapat meningkatkan kinerja sekolah melalui peningkatan guru Bimbingan Konseling dengan penerapan konseling yang tepat.

F.    Kajian Teori
a. Konsep Triadik
         1.   Pengertian Triadik
Triadik adalah merupakan bentuk komunikasi antar personal  yang dilakukan oleh tiga orang, sesuai pendapat agung bekti dalam Alfa English Course Adiwena (2009) yang menyatakan bahwa Triadik Komunikasi yaitu komunikasi yang terjadi diantara tiga orang, di dalamnya terdapat komunikasi diadik, terjadi pertukaran fungsi, mempunyai tujuan tertentu.
    a    b     c  -------- a   -  c,     a  -  b,    b  -  c
Selanjutnya menurut edwin Arif Setiawan dalam Alfa English Course Adiwena (2009) komunikasi triadik ( triadic communication ) Yaitu terdiri dari tiga orang. Yaitu satu komunikator dan dua komunikan. Percakapan ini biasanya bersifat dialogis. Komunikasi triadik ini lebih efektif  dalam kegiatan merubah sikap opini dan perilaku komunikan
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan pengertian triadik dalam bimbingan konseling adalah hubungan antara konselor ahli dalam hal ini guru BK dengan konselor klien dalam hal ini teman sebaya, orang tua, guru bidang studi, wali kelas dengan konseli dalam hal ini siswa yang memilki motivasi rendah.
2.    Tujuan Triadik
Bimbingan konseling triadik mempunyai tujuan lebih efektifnya dalam penanganan atau merubah sikap dan perilaku konseli, selain itu bertujuan untuk:
a.    Belajar seluruh pengetahuan dari orang lain dan keahlian.
b.    Mengeratkan dan memelihara hubungan interpersonal.
c.    Mempengaruhi, mengontrol, memanipulasi
d.    Kesenangan diri, melepas kepenatan pekerjaan.
e.    Menolong, melayani dan konsultasi dengam orang lain.
f.    Mengenal diri sendiri.

     3.    Langkah-langkah konseling triadik
1)    Peneliti mengundang konseli untuk datang ke ruang BK
2)    Peneliti mengundang pihak ke tiga untuk datang ke ruang BK
3)    Konselor memberikan suasana nyaman pada konseli dan pihak ketiga (Attending berupa senyum,salam, sapa, dan tempat duduk).
4)    Konselor memberikan penjelasan alasan pemanggilan konseli dan pihak ketiga.
5)    Konselor melakukan tindakan inti konseling ( eksplorasi sampai dengan kesepakatan)
6)    Refleksi , evaluasi dan tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya

b.    Konsep Motivasi Belajar
1.    Pengertian Motivasi Belajar
Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme, ke dalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Woodworth dalam Umar Hamalik (2005) menggolongkan dan membagi motif-motif tersebut menjadi tiga jenis :
1.    Kebutuhan-kebutuhan organis (Organic Motive)
 Motif ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam tubuh     (kebutuhan-kebutuhan organis), seperti : lapar/haus, kebutuhan bergerak dan beristirahat/tidur, dan sebagainya.
2.    Motif-motif darurat (Emergency Motive)
Motif ini timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan yang cepat dan kuat karena perangsang dari luar yang menarik manusia atau suatu organisme. Contoh motif ini antara lain : melarikan diri dari bahaya, berkelahi dan sebagainya.
3.    Motif-motif obyektif (Objective Motive)
Motif obyektif adalah motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita (kita menyadarinya). Contoh : motif menyelidiki, menggunakan lingkungan.
Selain pengklasifikasian di atas, Burton dalam Umar Hamalik (2005) menggolongkan/membagi motif-motif tersebut menjadi dua, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.


a.    Motif Intrinsik
Motif intrinsik adalah motif yang timbul dari dalam seseorang untuk berbuat sesuatu atau sesuatu yang mendorong bertindak sebagaimana  nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri.

Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, keinginan untuk memahami sesuatu hal, merupakan faktor intrinsik yang ada pada semua orang
b.    Motif Ekstrinsik
Motif ekstrinsik adalah motif yang timbul dari luar/lingkungan. Motivasi ekstrinsik dalam belajar antara lain berupa penghargaan, pujian, hukuman, celaan atau ingin meniru tingkah laku seseorang.
Motivasi adalah salah satu faktor yang terdapat dalam diri individu sendiri (intern) yang dominan dalam mencapai suatu tujuan, karena menurut M. Surya     (1997 : 73), motivasi mempunyai karakteristik: (1) sebagai hasil dari kebutuhan, (2) terarah kepada suatu tujuan, dan (3) menopang perilaku.
Abin Syamsudin (1999 : 28) menjelaskan bahwa motivasi adalah sesuatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy); atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory act) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion, motive) kea rah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka secara operasional motivasi belajar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keseluruhan usaha siswa dalam belajar yang meliputi aspek ketekunan dalam belajar, minat dan ketajaman perhatian, keingingan untuk mencapai prestasi yang tinggi serta penggunaan fasilitas belajar.

2.    Ciri-ciri Motivasi Belajar
Anderson (Elida Prayitno, 1989 : 10) mengatakan bahwa motivasi belajar siswa dapat dilihat dari karakteristik tingkah lakunya yang menyangkut minat, cita-cita, ketajaman perhatian, ketabahan, ketekunan, kedisiplinan dan frekwensi kegiatan.
     Adapun aspek dalam motivasi belajar sebagaimana diungkapkan   oleh
Heni Nuriah  (1997 : 13) adalah:
(1)    Ketekunan dalam belajar, mencakup:
a)    Kehadiran di kelas
b)    Kesiapan dalam belajar;
c)    Penggunaan waktu di luar jam pelajaran;
d)    Penyelesaian tugas atau pekerjaan rumah;
e)    Upaya mengatasi kesulitan;
(2)    Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar, antara lain:
a)    Semangat dalam mengikuti PBM;
b)    Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran;
c)    Kebiasaaan belajar
(3)    Keinginan untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, meliputi:
a)    Keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi;
b)    Usaha yang giat untuk mencapai prestasi yang tinggi;
(4)    Penggunaan fasilitas belajar, antara lain:
a)    Penyediaan alat belajar dan alat bantu belajar;
b)    Pemanfaatan sumber belajar di sekolah

3.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
    Dalam keseharian kita sebagai guru melihat siswa-siswa yang mengikuti proses pembelajaran dari berbagai macam latar belakang sosial yang berbeda dan pada kenyataannya memiliki motivasi pembelajaran yang berbeda pula. Hal ini memperlihatkan bahwa faktor lingkungan baik lingkungan keluarga individu itu sendiri, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat memberikan pengaruh terhadap motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan secara otomatis mempengaruhi terhadap hasil pembelajaran (prestasi).
    Sesuai yang dikatakan oleh Ngalim Purwanto (1990 : 60) sebagai berikut, “ bagaimanapun tingginya kecerdasan siswa apabila tidak memiliki motivasi dalam belajar maka proses belajar tidak akan mencapai hasil yang optimal”. Diperkuat pendapat  M. Surya (1995: 42;60) menerangkan bahwa proses belajar terjadi karena ada dorongan dan  tujuan yang akan dicapai, dan untuk dapat berhasil dalam situasi belajar perlu adanya motif yang kuat sebagai tenaga pendorong atau penggerak .
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa motivasi belajar itu dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi siswa yang berada pada lingkungan yang berbeda memungkinkan motivasi belajarnyapun berbeda pula. Hal ini didasarkan pula dengan asumsi bahwa siswa yang memiliki lingkungan keluarga dan lingkungan sosial berbeda akan memiliki motivasi belajar yang berbeda pula baik di sekolah maupun di rumah.
Untuk membantu siswa yang memilki motivasi pembelajaran rendah atau kurang, perlu adanya pemahaman terhadap siswa tersebut dengan segala karakteristik dan hal-hal yang melatarbelakanginya. Dengan adanya pemahaman terhadap siswa baik secara pribadi maupun latarbelakang kehidupannya, maka diharapkan bantuan yang akan diberikannyapun akan tepat.
Melalui penelitian  awal diperoleh gambaran atau informasi ditemukannya beberapa siswa yang menunjukkan gangguan dalam motivasi belajarnya.



G.    Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian  ini akan dikemukakan hipotesa yang berfungsi sebagai jawaban sementara dan pembuktiannya dilakukan melalui penelitian di kelas. Adapun rumusan hipotesa adalah sebagai berikut:
1.    Dengan penerapan teknik konseling triadik motivasi       belajar siswa akan meningkat.
2.    Bahwa penerapan teknik konseling triadik terbukti dapat meningkatkan motivasi       belajar siswa.   

H.      Rencana dan Prosedur Penelitian
        Metode penelitian yang dilaksanakan dalam Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) ini menggunakan prosedur atau  langkah-langkah yang  dikembangkan oleh John Elliot dalam buku Muslihuddin ,(2009;72) yang dalam pelaksanaannya akan dilakukan 2 siklus. Adapun tahapannya seperti pada gambar berikut ini:

             

   
                         







Gb.  Alur Penelitian menurut John Elliot
Prosedur atau langkah-langkah yang  dikembangkan oleh John Elliot dan dilaksanakan dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu :
1.    Tahap perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan adalah rincian operasional yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan tindakan, antara lain:
-    Membuat Satuan Layanan Konseling Triadik, menyiapkan angket/kuisioner alat pengumpul data yang akan digunakan.
-     menyiapkan surat undangan untuk  siswa, wali kelas dan orangtua siswa.
-    Membuat Satuan Layanan Bimbingan Klasikal (angket motivasi belajar).
-    Membuat lembar observasi untuk siswa, konsulti dan guru BK.
-    Membut pedoman evaluasi
2.    Tindakan (action) 
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari perencanaan yang telah disusun. Pada tahap ini akan dilakukan pengimplementasian satlan (Satuan Layanan) Konseling yang telah dibuat  yang dilakukan oleh peneliti. Sedangkan pelaksanaan observasi dilaksanakan oleh observer. Pada pelaksanaan layanan tidak menutup kemungkinan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perlu dicatat perubahan-perubahan yang terjadi dan  berikan alasan mengapa hal itu terjadi.
Adapun langkah-langkah  konseling triadik adalah sebagai berikut:
a.    Konselor mengundang konseli dan konsulti untuk datang ke ruang BK
b.    Konselor memberi suasana nyaman dan kondusif pada konseli dan konsulti
c.    Konselor memberi penjelasan alasan mengundang konseli dan konsulti

d.    Konselor melakukan tindakan inti konseling triadik (eksplorasi sampai kesepakatan)
e.    Evaluasi dan tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya
f.    Sebagai langkah akhir membagikan angket kepada seluruh siswa kelas IX F, dengan  tujuan untuk melihat perkembangan motivasi belajar secara umum dan  khususnya bagi konseli setelah diberikan layanan konseling triadik. Apabila masih ada konseli yang perlu pelayanan lanjutan maka diberikan angket secara khusus dan tertutup.

3.    Pengamatan (observation)
Tahap observasi dilakukan oleh observer, pengamatan secara rinci dan teliti serta pencatatan dan perekaman bila diperlukan.

4.    Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan tahap akhir dari suatu daur Penelitian Tindakan  Bimbingan dan Konseling (PTBK) .Refleksi dilaksanakan dengan  tujuan untuk mengingat kembali apa yang sudah dilakukan. Setelah  refleksi biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru, sehingga perlu melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang,pengamatan ulang dan refleksi ulang.Demikian tahapan kegiatan terus berulang, sehingga membentuk siklus kedua ketiga dan seterusnya sampai suatu permasalahan dianggap teratasi. Untuk kepentingan evaluasi dilaksanakan assessment tentang motivasi belajar dalam bentuk angket. Adapun sistem penyekorannya adalah sebagai berikut: (a) jika pernyataan  positif dan dijawaban “ya” maka diberi skor 1 dan sebaliknya apabila siswa menjawab “tidak” diberi skor 0.  (b) Untuk pernyataan negatif  jika siswa menjawab “tidak” maka diberi skor 1 dan apabila menjawab “ya” diberi skor 0


Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari pendekatan konseling triadik adalah peningkatan motivasi belajar siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar